Mendengar kata membaca
pasti terbayang di angan kita semua kalau kegiatan itu sungguh membosankan,
menjenuhkan, dan malas untuk dikerjakan, apalagi menulis. Wah itu pasti ribet,
sulit, dan membutuhkan waktu khusus, harus tau ejaan, tanda baca dan segala
aturan dari pelajaran bahasa indonesia yang tidak bisa kumengerti sampai saat
ini. Kalau boleh jujur, karya ilmiah yang pernah saya buat di S1 pun berbekal
BONEK alias bondo nekat.
Cerita lama itu
menjadi pengalaman berharga berharga bagi saya, bagaimana tidak, ketika di
sekolah tempat saya mengajar mempunyai program literasi, yang mengharuskan
mencetak siswanya agar mempunyai minat baca tulis yang tinggi sedangkan saya
sebagai wali kelas tidak mempunyai kompetensi hal itu, minat baca tulis kurang,
bahkan cenderung malas ketika harus membaca tulisan yang panjang.
Mungkin itulah
gambaran diri saya seperti apa yang tertuang dalam artikel yang ditulis oleh pak
Amir Rafif ketua FLP yang menyebutkan bahwa membaca adalah proses menuangkan
air ke dalam teko. Menulis adalah menuangkan isi teko ke dalam gelas agar
bermanfaat, dinikmati banyak orang. Apa yang bisa dikeluarkan oleh teko yang
kosong? Tak ada. Seperti itulah perumpamaan orang yang ingin menulis tapi tidak
membaca.
Bagaimana selanjutnya ? Buat
komitmen, tentukan target, dan lakukan dari hal yang terkecil, yaitu mulai
membiasakan diri untuk membaca dan menulis setiap hari secara istiqomah agar
terbangun keakraban sekaligus menumbuhkan minat baca tulis yang selama ini
tertutupi oleh kemalasan. Dalam keseharian sebenarnya kita akrab dengan bacaan
dan tulisan, entah itu di media cetak, online, FB, instagram, atau buku-buku
yang tertata rapi di rak buku rumah kita. Namun kadang kala kita tidak
menyadari bahkan melihat itu semua hanya sebagai hiasan yang lewat dalam pandangan
kita, padahal kalau ingin belajar kita bisamemulai dari hal-hal yang ada
disekitar kita, mulailah dengan membaca hal sederhana, misalnya dari artikel
panjang yang melintas di Hall kita, di FB, Instagram, Dll. Selanjutnya kita
memberi mengkritisi dengan komentar yang panjang pula. Dari situ kita belajar
mengasah kemampuan baca dan tulis kita secara perlahan.
Hal terpenting bagi kita adalah
komitmen, kemauan, dan kesunggguhan belajar, kalau itu sudah melekat dalam diri
maka insya Allah yang kita impikan akan dimudahkan oleh Allah. Bagaimana
caranya ? ibarat pepatah “ apabilah engkau bergaul dengan penjual minyak wangi
maka engkau akan ikut kebagian wanginya “.
Motivasi kadang naik turun, maka untuk mengisi semangat agar selalu full power,
carilah komunitas baca tulis yang disana kita bisa belajar, sharing pengalaman dan
berbagi tentang ilmu untuk menjadi seorang penulis. So, intinya adalah, apabila
ingin jadi seorang penulis maka mulailah dari sekarang, dari hal terkecil,
lakukan secara istiqomah serta carilah komunitas teman yang mewadahi untuk ilmu
tersebut.Selamat mencoba.
0 Komentar