Allah mensyariatkan bagaimana
cara membaca Al-Qur’an di dalam Surat Al-Muzammil “ Wa Rattilil qur’ana
Tartiila “ Artinya Dan bacalah Al-Qur’an dengan TARTIL yaitu dengan pelan,
tuma’ninah dan tadabbur. Dalam surat Al- Isra’ juga dijelaskan “ wa qur’aanan
faraqnaahu litaqroahu ‘alannasi ‘ala muktsin wanazzalnaahu tanziila “ yaitu
dibacakan dengan tartil dan perlahan karena sesungguhnya lebih mempermudah
untuk dihafal.
Abu Bakr dan Umar Radhiyallahu ‘anhuma pernah
menyampaikan kabar gembira kepada Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
مَنْ
سَرَّهُ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ غَضاًّ كَمَا أُنْزِلَ فَلْيَقْرَأَهُ عَلَى قِرَاءَةِ
ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ
Siapa yang ingin
membaca al-Quran dengan pelan sebagaimana ketika dia diturunkan, hendaknya dia
membacanya sebagaimana cara membacanya Ibnu Mas’ud. (HR. Ahmad 36, dan Ibnu
Hibban 7066).
Hadis
ini menunjukkan keistimewaan bacaan al-Quran Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu.
Karena bacaannya sama dengan ketika al-Quran di turunkan. Beliau membacanya
dengan cara ‘ghaddan’ artinya segar yang belum berubah. Maksudnya suaranya
menyentuh (as-Shaut an-Nafidz) dan memenuhi semua hak hurufnya.Untuk itulah,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendengar bacaan Ibnu Mas’ud, dan
bahkan hingga beliau menangis.
Dalam membaca Al-Qur’an harus sesuai dengan tuntunan
yang diajarkan oleh Rasulullah, dalam hal ini maka kita harus belajar dari
guru-guru yang mempunyai bacaan yang bersanad kepada rasulullah. Sahabat Anas
bin malik ketika ditanya bagaimana bacaan Nabi Muhammad S.A.W ? beliau menjawab
: Ketika membaca Bismillahirrahmanirrahim Rasulullah memanjangkan bismillahi,
kemudian memanjangkan Ar-Rahmani, kemudian Memancangkan Ar-Rahiimi.
Dibawah ini akan kami paparkan pendapat Ulama tentang
definisi TARTIL diantaranya :
1. Pendapat Ali bin Abi
Thalib
Makna tartil dalam ayat adalah “ Tajwiidul huruuf
wa ma’rifatul wuquf “ artinya Mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui
tempat-tempat berhentinya”.(Syarh Mandhumah Al-Jazariyah, hlm. 13)
2. Pendapat Ibnu Abbas
بينه تبييناً
Dibaca dengan jelas setiap hurufnya.
3. PENDAPAT Syaikh
Athiyyah Qabil Nasr dalam kitabnya Ghoyatul Murid fii ilmi tajwid.
Tartil adalah : Memmaba secara perlahan, tuma’ninah
dan mentadabburi maknyanya dengan Riyadhoh lisan dan mengistiqomahkan membaca
Al-Qur’an dengan memberikan semua hak-hak huruf yaitu Bitarqiiqil muraqqaq, wa
tafhkhimul mufakham, wa qoshril maqsur, wa maddil mamduud, waidhharil mudzhar,
wa idghomil mudghom, wa ikhfa’il mukhoffa, wa ghonnil harfi alladzi
fiihighunnah wa ikhrojil huruh min makhorijiha
Abu Ishaq mengatakan,
والتبيين لا يتم بأن يعجل في القرآة، وإنما
يتم التبيين بأن يُبيِّن جميع الحروف ويوفيها حقها من الإشباع
Membaca
dengan jelas tidak mungkin bisa dilakukan jika membacanya terburu-buru. Membaca
dengan jelas hanya bisa dilakukan jika dia menyebut semua huruf, dan memenuhi
cara pembacaan huruf dengan benar. (Lisan al-Arab, 11/265).
Inti
tartil dalam membaca adalah membacanya pelan-pelan, jelas setiap hurufnya,
tanpa berlebihan. (Kitab al-Adab, as-Syalhub, hlm. 12).
ADAB
MEMBACA AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang suci, maka agar
mendapatkan barokah dan rahmatnya, ada beberapa tata krama yang harus dilakukan
sebelum membaca Al-Qur’an :
1.
Menghadap
Qiblat
2.
Bersiwak
3.
Suci
dari Hadats
4.
Anggota
tubuh dan pakaian dalam keadaan bersih
5.
Membaca
dengan Khusu’, tafakkur, dan tadabbur.
6.
Menghadirkan
hati
7.
Disunnahkan
menangis ketika membaca jika tidak bisa maka berusahalah menangis.
8.
Memperindah
bacaanya.
9.
Tidak
bergurau, tertawa, atau melihat sesuatu yang dapat memalingkan darimembaca
Al-Qur’an.
Maka ketika dibacakan
Al-Qur’an, dengarkanlah dan diamlah supaya kita semua mendapatkan rahmat dari
Allah.
Penulis
Alfaqir
Imam Syaroni
Diambil
dari Kitab Ghoyatul Murid fii ilmi tajwid
dan referensi internet
0 Komentar