BAGAIMANA CARA & ADAB MEMBACA AL-QUR’AN AL-KARIM ?


Allah mensyariatkan bagaimana cara membaca Al-Qur’an di dalam Surat Al-Muzammil “ Wa Rattilil qur’ana Tartiila “ Artinya Dan bacalah Al-Qur’an dengan TARTIL yaitu dengan pelan, tuma’ninah dan tadabbur. Dalam surat Al- Isra’ juga dijelaskan “ wa qur’aanan faraqnaahu litaqroahu ‘alannasi ‘ala muktsin wanazzalnaahu tanziila “ yaitu dibacakan dengan tartil dan perlahan karena sesungguhnya lebih mempermudah untuk dihafal.
                Abu Bakr dan Umar Radhiyallahu ‘anhuma pernah menyampaikan kabar gembira kepada Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ غَضاًّ كَمَا أُنْزِلَ فَلْيَقْرَأَهُ عَلَى قِرَاءَةِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ
Siapa yang ingin membaca al-Quran dengan pelan sebagaimana ketika dia diturunkan, hendaknya dia membacanya sebagaimana cara membacanya Ibnu Mas’ud. (HR. Ahmad 36, dan Ibnu Hibban 7066).
Hadis ini menunjukkan keistimewaan bacaan al-Quran Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu. Karena bacaannya sama dengan ketika al-Quran di turunkan. Beliau membacanya dengan cara ‘ghaddan’ artinya segar yang belum berubah. Maksudnya suaranya menyentuh (as-Shaut an-Nafidz) dan memenuhi semua hak hurufnya.Untuk itulah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendengar bacaan Ibnu Mas’ud, dan bahkan hingga beliau menangis.
                Dalam membaca Al-Qur’an harus sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah, dalam hal ini maka kita harus belajar dari guru-guru yang mempunyai bacaan yang bersanad kepada rasulullah. Sahabat Anas bin malik ketika ditanya bagaimana bacaan Nabi Muhammad S.A.W ? beliau menjawab : Ketika membaca Bismillahirrahmanirrahim Rasulullah memanjangkan bismillahi, kemudian memanjangkan Ar-Rahmani, kemudian Memancangkan Ar-Rahiimi.
                Dibawah ini akan kami paparkan pendapat Ulama tentang definisi TARTIL diantaranya :
1.       Pendapat Ali bin Abi Thalib
Makna tartil dalam ayat adalah “ Tajwiidul huruuf wa ma’rifatul wuquf “ artinya Mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui tempat-tempat berhentinya”.(Syarh Mandhumah Al-Jazariyah, hlm. 13)
2.       Pendapat Ibnu Abbas
بينه تبييناً
Dibaca dengan jelas setiap hurufnya.
3.       PENDAPAT Syaikh Athiyyah Qabil Nasr dalam kitabnya Ghoyatul Murid fii ilmi tajwid.
Tartil adalah : Memmaba secara perlahan, tuma’ninah dan mentadabburi maknyanya dengan Riyadhoh lisan dan mengistiqomahkan membaca Al-Qur’an dengan memberikan semua hak-hak huruf yaitu Bitarqiiqil muraqqaq, wa tafhkhimul mufakham, wa qoshril maqsur, wa maddil mamduud, waidhharil mudzhar, wa idghomil mudghom, wa ikhfa’il mukhoffa, wa ghonnil harfi alladzi fiihighunnah wa ikhrojil huruh min makhorijiha
Abu Ishaq mengatakan,

والتبيين لا يتم بأن يعجل في القرآة، وإنما يتم التبيين بأن يُبيِّن جميع الحروف ويوفيها حقها من الإشباع
Membaca dengan jelas tidak mungkin bisa dilakukan jika membacanya terburu-buru. Membaca dengan jelas hanya bisa dilakukan jika dia menyebut semua huruf, dan memenuhi cara pembacaan huruf dengan benar. (Lisan al-Arab, 11/265).
Inti tartil dalam membaca adalah membacanya pelan-pelan, jelas setiap hurufnya, tanpa berlebihan. (Kitab al-Adab, as-Syalhub, hlm. 12).

ADAB MEMBACA AL-QUR’AN
                Al-Qur’an adalah kalam Allah yang suci, maka agar mendapatkan barokah dan rahmatnya, ada beberapa tata krama yang harus dilakukan sebelum membaca Al-Qur’an :
1.       Menghadap Qiblat
2.       Bersiwak
3.       Suci dari Hadats
4.       Anggota tubuh dan pakaian dalam keadaan bersih
5.       Membaca dengan Khusu’, tafakkur, dan tadabbur.
6.       Menghadirkan hati
7.       Disunnahkan menangis ketika membaca jika tidak bisa maka berusahalah menangis.
8.       Memperindah bacaanya.
9.       Tidak bergurau, tertawa, atau melihat sesuatu yang dapat memalingkan darimembaca Al-Qur’an.
Maka ketika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah dan diamlah supaya kita semua mendapatkan rahmat dari Allah.
Penulis
Alfaqir Imam Syaroni
Diambil dari Kitab Ghoyatul Murid fii ilmi tajwid  dan referensi internet


Posting Komentar

0 Komentar