Pagi
yang begitu menawan dihiasi dengan sang mentari mulai menampakkan kegagahannya,
datang siputih yang bersih dan berkilau seraya memancarkan aura kekhasannya,
tak lama kemudian terbukalah pintu si Putih itu disertai bau wangi yang
menyengat pun mengiringinya berhembus kearah indera penciuman, berdesirlah akal
ini “subhanallah harum sekali mobil ini pasti yang punya memiliki karakter yang
lembut dan suka akan kebersihan”.
Keluarlah
seorang pemuda belia yang memiliki postur tubuh tinggi, rapi, berkulit hitam, hidungnya
mancung bak laksana keturunan Pakistan, rambutnya pun unik dengan sebutan
anak-anak kampung “berambut kriwul”. Laki-laki
ini memancarkan senyuman yang merekah disetiap langkahnya, dan sayup sayup
kesopanannya nampak disetiap dia berkomunikasi dan menyapa sesamanya, rasanya
damai hati ini bila berteman dengannya.
Pemuda
tersebut menghampiri orang tuanya yang berada disamping kanan mobilnya,
ditundukkanlah kepalanya disambutlah tangan ayahnya, dia bersalaman mesra
sambil berkata “ayah doakan anakmu yang belajar ini menjadi anak sholih dan
sukses” ayahnyapun berkomat kamit mendoakan sang anak yang sedang dilepaskan
ditengah-tengah segerombolan pemuda yang sedang berkompetisi untuk mendapatkan
gelar terbaik dikelasnya. Dia bersemangat mendatangi kelas tercintanya dengan
langkah optimis dan mempunyai tujuan jelas untuk sukses.
Saat
didalam kelas saya dapati dia selalu bercengkrama dengan banyak teman, ia
selalu dinanti banyak teman lainya untuk siap bermain dan berdiskusi masalah
pelajaran. Hati ini mencoba menerawang apa yang menjadikan dia laksana putik
bunga yang dirundung banyak lebah. Tak sengaja diri ini dijawab oleh Tuhan yang
maha mendengar apa yang menjadi desiran kecil dihati hambaNya, diri ini
diperlihatkan dengan prilaku istiqomahnya si pemuda tersebut untuk mengingatkan
banyak orang tak terkecuali kepada para sang pendidik yang ada disekolah
tercintanya SMPIT Insan Kamil. Telapak tangan saya, saya tempelkan di dada
sebelah kiri sambil bergumam “luar biasa kegigihannmu mas, semoga Allah
tempatkan kamu dibarisan orang-orang sukses dikemudian hari”.
Setiap
hari dia menjadi inspirator dikelas dan disekolahnya, dia selalu mengingatkan
kebaikan kepada banyak orang, dia tidak lelah untuk mencari ustad yang ada
jadwal mengajar dikelasnya meskipun hanya telat masuk kelas 5 menit.
“Assalamualaikum Ustadz mohon maaf waktunya mengajar dikelas”, kalimat khas
yang keluar dari lisan pemuda tersebut, subhanallah begitu anggunya kata-kata
yang dirangkai yang membuat orang lain yang diingatkan merasa takjub kepadanya,
mungkin pemuda tersebut meneladani apa yang pernah dilakukan oleh Rasullah
ketika beliau mengingatkan kepada orang Badui ketika sedang BAK dipojokan
masjid.
Suatu
ketika saya berkunjung kerumahnya disaat program magang sekolah digulirkan,
saya pun tidak sia-siakan waktu itu untuk berkomunikasi dengan ayahnya, ayahnya
bercerita tentang putranya tersebut , dia berterima kasih kepada kami para guru
di SMPIT Insan Kamil yang telah mengajarkan budi pekerti kepada putra kami
sehingga dia selalu dirindu oleh warga sekitar khususnya takmir masjid, ketika
anak saya tidak hadir ke masjid pasti malam harinya sehabis isya’ takmir itu
datang kerumah bertanya “kemana si Mario” tutur ayahnya. Si Mario muda inilah
yang menjadikan masjid dilingkungannya menjadi makmur, dialah yang menggantikan
muadzin masjid, dia yang selalu menyapu masjid ketika menjelang sholat maghrib,
subhanallah luar biasa akhlak mas Mario ini, saya kembali ingat dengan pesan
rasulallah “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain”
Wahai
anakku teruslah beristiqomah dalam kebaikan dan janganlah kau lepas kebaikan
itu walaupun dirimu dihadapkan dengan panasnya api yang siap melahapmu.
Tataplah nabi Ibrahim dia rela dibakar oleh orang –orang yang membencinya
asalkan umat ini tidak mencintai kemusyrikan, tataplah nabi yusuf ketika dia
menolak ajakan Zulaikha permaisuri kerajaan dengan berkata “Aku berlindung
kepada Allah”.
Cerita
pendek ini terinspirasi dari salah satu siswa dikelas 9.2 yang inspiratif
banget (Mas Mario)
Penulis.
Fathur Rohman, S.Pd.I
0 Komentar