MEMBANGUN KARAKTER ANAK SEJAK DINI By Faris 7.1


Karakter adalah sesuatu yang dibentuk, dikonstruksi, seiring dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya anak. Pendidikan karakter perlu kita tanamkan sejak dini. Pendidikan karakter bisa dimulai dengan pendidikan moral dan etika. Dalam islam, moral dan etika merupakan bagian dari akhlak. Akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan untuk melakukan perbuatan yang baik. Pendidikan karakter itu tidak berupa hasil, tetapi berupa proses yang lama dan berkelanjutan. Walaupun proses perkembangannya lama tapi hasilnya lebih paten bila dilakukan dengan sabar dan tidak terburu-buru. Oleh karena itu pendidikan karakter harus dilakukan setiap hari, setiap waktu dan harus berulang. Agar menjadi kebiasaan dan membentuk sebuah karakter yang baik.
            Usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik. Mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia inilah anak akan belajar nilai karakter dari penyerapan perilaku orang tua dan orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk sebuah karakter yang baik dan sukses. Melalui pendidikan karakter bukan saja dapat membuat seorang anak mempunyai akhlak yang mulia, tetapi juga dapat meningkatkan keberhasilan akademiknya.
Pada masa perkembangan, anak-anak mulai belajar tentang aturan. Pembentukan kebiasaan terhadap aturan yang ada tergantung pada pengulangan dari rutinitas penerapan aturan dan konsistensi penerapan aturan tersebut. Perkembangan nilai karakter dan perilaku seseorang bergerak dari tahapan awal mengetahui nilai karakter (TAHU). Dalam tahapan ini pembimbing harus memberi atau mencontohkan perilaku yang baik, seperti mengajarkan budaya antri saat berwudhu, karena di tahapan ini anak didik akan meniru perilaku yang dicontohkan oleh pembimbingnya. Kemudian anak didik akan mengenali nilai karakter sesuai dengan lingkungannya (KENAL). Dalam tahapan ini pembimbing akan mengenalkan nilai karakter dan perilakunya dalam keseharian , baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, seperti pengenalan perilaku menghabiskan makan disitu anak didik akan belajar untuk mengambil makan secukupnya dengan mencoba menakar kebutuhannya. Lalu menjadi pembiasaan dan terus menerus mendapatkan apresiasi dari orang di sekelilingnya sampai menjadi kebiasaan (BIASA). Dalam tahapan ini penguatan nilai karakter dan perilaku anak didik dikaitkan dengan aspek emosiyang diberikan dengan pujian, reward, dan harapan dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini akan memunculkan kesadaran, rasa percaya diri dalam melakukan nilai-nilai karakter dan perilaku yang ada. Kebiasaan terus menjadi nilai karakter yang dilakukan secara otomatis (MELEKAT). Ketika perilaku dan karakter sudah masuk dalam tahapan ini, karakter sudah melekat pada anak didik. Dia mampu bertahan dengan karakter tertentu dalam kondisi sulit maupun mudah. Jika sudah melakukan tahapan-tahapn ini anak didik tetap harus diasah agar benar-benar membentuk sebuah karakter yang baik
            Keluarga adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga. Karakter seorang anak terbentuk pada saat anak berusia 3 hingga 10 tahun. Di masa itu, orang tua yang bertugas untuk menentukan input seperti apa yang masuk ke dalam pikirannya, sehingga bisa membentuk sebuah karakter yang berkualitas. Ada 14 karakter yang dapat ditanamkan dalam kehidupan anak-anak. Diantaranya; religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Pendidikan agama juga sangat penting dalam lingkungan pendidikan seorang anak. Pendidikan agama dapat berfungsi sebagai kontrol internal pada diri sang anak. Saat kecil kita selalu diajarkan oleh orang tua untuk membiasakan perilaku yang baik. Yang pertama membiasakan budaya salam dan salim, dengan begitu akan menumbuhkan sikap menghormati kepada orang yang lebih tua. Yang kedua membiasakan meminta bantuan atau meminta tolong kepada orang lain dengan menggunakan kata “tolong”, sehingga membiasakan kita untuk menghargahi orang lain dan tidak membiasakan untuk bersikap memerintah. Yang ketiga membiasakan kita untuk berani meinta maaf dan bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan, sehingga membentuk pribadi yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kepada orang lain.
             
           


Posting Komentar

0 Komentar