Karakter adalah sesuatu yang dibentuk, dikonstruksi,
seiring dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya anak. Pendidikan karakter perlu kita tanamkan sejak dini.
Pendidikan karakter bisa dimulai dengan pendidikan moral dan etika. Dalam
islam, moral dan etika merupakan bagian dari akhlak. Akhlak adalah tingkah laku
seseorang yang didorong oleh suatu keinginan untuk melakukan perbuatan yang
baik. Pendidikan karakter itu tidak berupa hasil, tetapi berupa proses yang
lama dan berkelanjutan. Walaupun proses perkembangannya lama tapi hasilnya
lebih paten bila dilakukan dengan sabar dan tidak terburu-buru. Oleh karena itu
pendidikan karakter harus dilakukan setiap hari, setiap waktu dan harus
berulang. Agar menjadi kebiasaan dan membentuk sebuah karakter yang baik.
Usia
dini adalah masa perkembangan karakter fisik. Mental dan spiritual anak mulai
terbentuk. Pada usia inilah anak akan belajar nilai karakter dari penyerapan
perilaku orang tua dan orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, lingkungan
yang positif akan membentuk sebuah karakter yang baik dan sukses. Melalui
pendidikan karakter bukan saja dapat membuat seorang anak mempunyai akhlak yang
mulia, tetapi juga dapat meningkatkan keberhasilan akademiknya.
Pada masa perkembangan, anak-anak mulai belajar
tentang aturan. Pembentukan kebiasaan terhadap aturan yang ada tergantung pada
pengulangan dari rutinitas penerapan aturan dan konsistensi penerapan aturan
tersebut. Perkembangan nilai karakter dan perilaku seseorang bergerak dari
tahapan awal mengetahui nilai karakter (TAHU). Dalam tahapan ini pembimbing
harus memberi atau mencontohkan perilaku yang baik, seperti mengajarkan budaya
antri saat berwudhu, karena di tahapan ini anak didik akan meniru perilaku yang
dicontohkan oleh pembimbingnya. Kemudian anak didik akan mengenali nilai
karakter sesuai dengan lingkungannya (KENAL). Dalam tahapan ini pembimbing akan
mengenalkan nilai karakter dan perilakunya dalam keseharian , baik di
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, seperti pengenalan perilaku
menghabiskan makan disitu anak didik akan belajar untuk mengambil makan
secukupnya dengan mencoba menakar kebutuhannya. Lalu menjadi pembiasaan dan
terus menerus mendapatkan apresiasi dari orang di sekelilingnya sampai menjadi
kebiasaan (BIASA). Dalam tahapan ini penguatan nilai karakter dan perilaku anak
didik dikaitkan dengan aspek emosiyang diberikan dengan pujian, reward, dan
harapan dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini akan memunculkan kesadaran, rasa
percaya diri dalam melakukan nilai-nilai karakter dan perilaku yang ada.
Kebiasaan terus menjadi nilai karakter yang dilakukan secara otomatis
(MELEKAT). Ketika perilaku dan karakter sudah masuk dalam tahapan ini, karakter
sudah melekat pada anak didik. Dia mampu bertahan dengan karakter tertentu dalam
kondisi sulit maupun mudah. Jika sudah melakukan tahapan-tahapn ini anak didik
tetap harus diasah agar benar-benar membentuk sebuah karakter yang baik
Keluarga
adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak
berasal dari keluarga. Karakter seorang anak terbentuk pada saat anak berusia 3
hingga 10 tahun. Di masa itu, orang tua yang bertugas untuk menentukan input
seperti apa yang masuk ke dalam pikirannya, sehingga bisa membentuk sebuah
karakter yang berkualitas. Ada 14 karakter yang dapat ditanamkan dalam
kehidupan anak-anak. Diantaranya; religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, cinta
damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Pendidikan
agama juga sangat penting dalam lingkungan pendidikan seorang anak. Pendidikan
agama dapat berfungsi sebagai kontrol internal pada diri sang anak. Saat kecil
kita selalu diajarkan oleh orang tua untuk membiasakan perilaku yang baik. Yang
pertama membiasakan budaya salam dan salim, dengan begitu akan menumbuhkan
sikap menghormati kepada orang yang lebih tua. Yang kedua membiasakan meminta
bantuan atau meminta tolong kepada orang lain dengan menggunakan kata “tolong”,
sehingga membiasakan kita untuk menghargahi orang lain dan tidak membiasakan
untuk bersikap memerintah. Yang ketiga membiasakan kita untuk berani meinta
maaf dan bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan, sehingga membentuk
pribadi yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kepada orang lain.
0 Komentar