selama
ini teman teman saya kebanyakan mengonsepkan bahwa mondok itu kejam, jauh dari
orang tua, hukumannya berat omongan dari semua orang membuatku berfikir bahwa
mondok adalah neraka ( pada waktu saya belum mondok ) dan waktu liburan pada
hari pertama aku mondok insting dari otakku yang mengira bahwa pondok itu
neraka pindah ke hati sehingga membuatku sumpek dan di hari kedua diwaktu aku
mondok sudah terkenal sebagai anak baru di pondok dan banyak santri – santri
yang mau kenalan dengan ku, jika ditulis dengan angka dalam satu hari aku
mendapatkan 3 – 4 teman dan didalam satu pondok ada satu sahabat yang paling
dekat dengan saya yang berinesial B dia pintar dan mempunyai banyak pengalaman,
dia sempat mendapatkan juara tiga dalam satu angkatan dan caraku belajar dengan
dia itu mutualisme + mendapat pahala dengan cara dia mengajariku sebuah kitab
yang bernama nahwu dan aku mengajarinya tajwid, biasanya pada siang hari aku
bermain dengan B dan pada hampir aku belajar sampai hampir shubuh dan shalat
shubuhnya jam setengah lima, tipsku agar tidak ketahuan oleh ustadnya yang
membangunkan untuk shalat shubuh yaitu tidur di kolong ranjang karena sikap
ustadnya keras tetapi selalu menyebarkan senyum .
dan jawaban saya yang dari
teman 2 saya yang mengatakan bahwa mondok itu ditinggal orang tua hal yang
menyenangkan di sana bebas makan sebanyaknya bisa main sepuasnya jika sudah
menyelesaikan ptu [pekerjaan tanpa ustadz ] jika sudah selesai itu sudah free
time bisa ngapain aja dan jika di pondok yang mengjak kebaikan itu teman bukan
ustadz itu adalah kebalikannya di sekolah dan di pondok aku merasa seperti anak
kuliahan belajarnya sebentar sedangkan ptu nya buaanyak dan enaknya mondok bisa
ganti – ganti kamar tidur sehingga teman di pondok seperti saudara kita itulah
enaknya mondok bagi saya
sekian dari saya mohon maaf jika ada
kesalahan wasalamualikum wr wb
0 Komentar