Belakangan ini sering saya mendapat kiriman pesan pendek (SMS)
dari seseorang sahabat. Salah satu kebiasaannya mengirimkan SMS berisi
ajakan shalat Dhuha. Macam-macam bunyi SMS-nya.
Kadang diawali dengan nasihat yang membuat saya merenungi diri yang berkubang
dalam lumpur dosa dan kesalahan. Kadang diselipi jok-jok segar yang membuat
tersenyum.
Pada suatu hari ia ‘mewakafkan’
pulsanya untuk mengirim SMS tepat pada momentum Tahun Baru Islam,
“Hikmah hijrah, semakin baik, meninggalkan yang munkar. Tinggalkan
kemalasan menuju istiqamah beribadah. Monggo shalat Dhuha.”
Di kesempatan yang lain ia
menulis, “Ya Allah, aku berlindung padaMu dari ilmu yang tidak manfaat, dari
hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tak pernah puas dan dari doa yang tidak
terkabul. Matahri sudah tinggi, siap-siap shalat Dhuha.”
Ada juga SMS yang
sangat memukul telak ke hati yang paling dalam, “Kita pernah bertemu dengan
orang baik. Atau, orang yang menganggap diri kita baik. Benarkah? Sesungguhnya
bukan kebaikan yang disandang, tapi ada kekuasaan Tuhan yang menutupi aib,
kesalahan dan dosa-dosa kita sehingga tidak tampak. Kita tidak bisa bayangkan
seandainya Tuhan tidak menutupi borok kita itu. Seandainya dosa itu berbau,
maka tidak ada orang yang mau dekat dengan kita karena tidak tahan dengan
baunya. Masihkah kita merasa baik? Kita hanya bisa minta kepada Tuhan agar
menutupi kesalahan-kesalahan kita seperti yang terucap dalam doa diantara dua
sujud. Ada 7 permohonan kita, satu di antaranya adalah WAJBURNI (tutupilah
kesalahanku) dan Allah mengabulkan permintaan itu. Allahumma aamiin.. Waktunya shalat
Dhuha.”
eperti diungkap oleh Sayid
Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam bukunya Khasais al-Ummah al-Muhamadiyah
tentang keutamaannya, penulis membeberkan keutamaan-keutamaan yang disediakan
oleh Allah bagi hamba yang menunaikannya lengkap dengan sumber haditsnya.
Pertama, orang yang shalat Dhuha akan diampuni
dosa-dosanya oleh Allah. “Barangsiapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha
niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR.
Turmudzi)
Kedua, barangsiapa yang menunaikan shalat Dhuha ia
tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Alah. “Tidaklah seseorang
selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang
bertaubat.” (HR. Hakim).
Ketiga, orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat
sebagai ahli ibadah dan taat kepada Allah. “Barangsiapa yang shalat Dhuha
dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang
mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli
ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di
hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia
sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat,
maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR.
At-Thabrani).
Keempat, orang yang istiqamah
melaksanakan shalat Dhuha kelak ia akan masuk surga lewat
pintu khusus, pintu Dhuha yang disediakan oleh Allah. “Sesungguhnya
di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah
tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa
hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian.
Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani).
0 Komentar